Jumat, April 23, 2010

benar tak sama dengan baik

dibawah ini adalah artikel bagus dari mbak candra widanarko. happy reading, and enjoy.

saya belum habis kagum dengan facebook meski sejumlah kawan bilang, "facebook itu mempertemukan dan meceraikan". setiap kali membuka halaman, saya menemukan hal baru yang menyenangkan. akhir-akhir ini saya dan 'gerombolan' teman di masa lalu sibuk mengomentari sebuah foto zaman dulu. sudah tiga hari (dan tampaknya masih jauh dari tamat) kami saling sahut, saling menertawakan, saling membuka aib dulu itu.

ada satu komentar yang menohok saya telak, dengan bunyi kurang lebih, "elo kan dulu preman, kalo ngomong enggak pake disortir, enggak peduli dia pejabat atau bukan. padahal waktu itu kita yang lagi perlu sama pejabat itu".

iya, saya ingat peristiwanya, dan saya malu. ketika itu kami akan membuat event berskala nasional, perlu bantuan dana dari kampus. lantaran sangat bangga pada jurusan, maka saya berpakaian dengan 'jurusan kebanggaan style': jeans butut, hem flanel dan sandal jepit. oh ya, tak lupa rambut sebahu yang berantakan dan tak kenal sisir (hingga pantas disebut gondrong). bergaya seperti itulah saya menemui pejabat kampus, mem-follow up proposal, dan.....ya benar, saya dengan sembarangan ngomel pada pak pejabat karena dia memberikan argumentasi yang menurut saya tak masuk akal. esok harinya, kawan saya si ketua panitia tak mengajak saya lagi, hehe.

itu memang kebiasaan buruk di masa lalu. otomatis darah saya menggelegak setiap kali melihat hal tak benar. sumbu pendek, kata teman-teman saya. tak hanya hal tak benar, mulut saya pun 'dol klepnya' tiap mengomentari orang lain. itu semua membuat saya jadi punya label: si galak, si sembarangan, si enggak tahu aturan. semua label yang tak menggambarkan niat baik saya. apa yang selama ini saya perjuangkan (membela kebenaram - ceile gaya bener) jadi tak tertangkap dengan baik. pesan yang saya maksud menjadi blur. orang lebih concern pada cara saya mengatakannya.

makin ke sini, saya makin kerap menerima gempuran karena kebiasaan buruk itu. makin ke sini, saya sadari bahwa cara saya mengatakan hal benar, tidak seberapa membawa manfaat. padahal, saya diajarkan untuk bermanfaat bagi orang lain. semampunya, sekuatnya. kalau sudah begitu, maka saya harus belajar untuk mengatakan hal benar dengan cara yang benar. memahami bahwa orang itu lain-lain. cara yang saya gunakan untuk orang ini, belum tentu cocok untuk orang itu. juga mengerti bahwa semua itu membutuhkan kesabaran tingkat juara.

saya bukan penyabar. namun saya kini tahu, untuk mencapai tujuan terbaik, kita harus rela berbuat selebih-lebihnya. menurunkan ego, menebalkan sabar, memperbanyak senyum. saya sih belum seberhasil itu. tapi paling tidak, sudah berusaha mencobanya. latihan setiap hari.

selamat hari ini, teman. :)

1 komentar:

comments, suggestions, critics, anything.
just let me know :)

 
template by suckmylolly.com flower brushes by gvalkyrie.deviantart.com